Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2024, persentase desa dengan kondisi sinyal telepon kuat di Kalimantan Barat mencapai 41,26 persen. Data historis menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 2011, persentase ini adalah 47,13 persen, kemudian turun menjadi 43,01 persen pada 2014, dan mencapai titik terendah pada 2018 dengan 28,22 persen. Setelah itu, terjadi peningkatan menjadi 29,48 persen (2019), 33,66 persen (2021), dan akhirnya 41,26 persen (2024). Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2024 dengan pertumbuhan 18,49 persen.
Dibandingkan dengan rata-rata 3 tahun terakhir (2019-2021) sebesar 32,27 persen, kondisi 2024 menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir (2018-2021) sebesar 31,25 persen, pertumbuhan juga lebih baik. Peringkat Kalimantan Barat menurut pulau pada tahun 2024 adalah 5, sama seperti tahun 2019, 2020, dan 2021. Sedangkan, peringkat secara nasional adalah 31, sedikit memburuk dibandingkan tahun 2021 yang berada di peringkat 30.
(Baca: Harga Perak Naik Menuju Level US$38,083 /Troy Ons (Kamis, 07 Agustus 2025))
Pada tahun 2024, kenaikan persentase desa dengan sinyal kuat sebesar 6,44 persen. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 47,13 persen, capaian pada tahun 2024 masih lebih rendah. Penurunan terendah terjadi pada tahun 2014 dengan penurunan turun 8,74 persen. Fluktuasi ini mengindikasikan adanya tantangan dalam menjaga dan meningkatkan infrastruktur telekomunikasi di wilayah pedesaan Kalimantan Barat.
Kalimantan Barat berada di peringkat ke-5 untuk persentase desa dengan sinyal telepon kuat di pulau Kalimantan pada tahun 2024. Provinsi lain di Kalimantan memiliki capaian yang berbeda. Kalimantan Utara, misalnya, memiliki persentase yang lebih tinggi, sementara provinsi lainnya mungkin memiliki capaian yang lebih rendah. Secara nasional, Kalimantan Barat berada di peringkat 31, menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk perbaikan dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia.
Anomali terlihat pada periode 2014-2018 di mana terjadi penurunan signifikan. Penurunan ini perlu diinvestigasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya, seperti kurangnya investasi infrastruktur, masalah pemeliharaan, atau faktor geografis yang menghambat penyebaran sinyal. Upaya perbaikan dan peningkatan infrastruktur telekomunikasi perlu terus dilakukan untuk memastikan konektivitas yang lebih baik di seluruh wilayah Kalimantan Barat.
Gorontalo
Gorontalo menempati peringkat ke-6 di Pulau Sulawesi dengan nilai 29,59 persen. Terjadi penurunan signifikan turun 19,39 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Besarnya penurunan ini mengindikasikan perlunya evaluasi mendalam terhadap infrastruktur telekomunikasi di wilayah tersebut. Nilai ini jauh di bawah rata-rata tahun sebelumnya.
(Baca: 10 Provinsi dengan Harga Cabai Merah Keriting Paling Mahal (Rabu, 6 Agustus 2025))
Maluku
Maluku menduduki peringkat pertama di Kepulauan Maluku dengan persentase sebesar 36,7 persen. Pertumbuhan sebesar 5,47 persen menunjukkan perbaikan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya investasi dan upaya yang efektif dalam meningkatkan infrastruktur telekomunikasi di Maluku.
Kalimantan Utara
Kalimantan Utara menduduki peringkat ke-2 di Pulau Kalimantan dengan nilai 34,49 persen. Peningkatan sebesar 12,98 persen mencerminkan adanya investasi yang signifikan dalam infrastruktur telekomunikasi. Capaian ini menunjukkan komitmen kuat untuk meningkatkan konektivitas di wilayah Kalimantan Utara.
Papua Barat
Papua Barat berada di peringkat kedua di Pulau Papua dengan nilai 34,66 persen. Pertumbuhan yang stabil sebesar 1,9 persen menunjukkan upaya yang berkelanjutan dalam meningkatkan infrastruktur telekomunikasi. Posisi yang baik ini menunjukkan komitmen dalam pemerataan konektivitas di wilayah tersebut.
Maluku Utara
Maluku Utara berada di urutan kedua di Kepulauan Maluku dengan nilai 34,49 persen. Pertumbuhan yang lumayan sebesar 4,48 persen menunjukkan adanya investasi yang terfokus dalam meningkatkan infrastruktur telekomunikasi. Capaian ini menunjukkan komitmen untuk meningkatkan konektivitas di Maluku Utara.
DKI Jakarta
DKI Jakarta menduduki peringkat ke-6 di Pulau Jawa dengan nilai 37,9 persen. Kenaikan cukup tinggi sebesar 12,9 persen mengindikasikan perlunya evaluasi mendalam terhadap infrastruktur telekomunikasi di wilayah tersebut. Persentase ini cukup jauh di bawah rata-rata.