Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah perusahaan konstruksi di Sulawesi Utara pada tahun 2024 sebanyak 1803 perusahaan. Data historis menunjukkan fluktuasi yang signifikan. Tahun 2008 mencatat lonjakan tertinggi dengan 1695 perusahaan, sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2003 dengan hanya 190 perusahaan. Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi penurunan sebanyak 220 perusahaan atau -12.2%.
Rata-rata jumlah perusahaan konstruksi selama 3 tahun terakhir (2022-2024) adalah 2130 perusahaan. Jika dibandingkan, jumlah perusahaan konstruksi tahun 2024 lebih rendah -15.35% dari rata-rata tiga tahun terakhir. Dalam 5 tahun terakhir, terjadi fluktuasi dengan kecenderungan menurun. Kenaikan tertinggi dalam 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2017 dengan pertumbuhan 6.82%, sedangkan penurunan terdalam terjadi pada tahun 2020 dengan -22.49% akibat pandemi.
(Baca: Harga Beras Kualitas Medium II di Sumatera Barat Paling Mahal di Indonesia (Selasa, 25 November 2025))
Secara regional di Pulau Sulawesi, Sulawesi Utara berada di peringkat ke-4 dalam jumlah perusahaan konstruksi pada tahun 2024. Peringkat ini sama dengan tahun sebelumnya. Secara nasional, Sulawesi Utara berada di peringkat ke-28. Nilai ini menunjukan penurunan jika dibandingkan 5 tahun sebelumnya.
Terjadi anomali data pada tahun 2020, dimana penurunan tajam ini kemungkinan besar diakibatkan oleh pandemi COVID-19 yang sangat mempengaruhi sektor konstruksi. Selanjutnya, meskipun terjadi sedikit pemulihan di tahun 2021 dan 2022, angka tersebut belum kembali ke level sebelum pandemi. Pada tahun 2024, jumlah perusahaan konstruksi kembali menurun, menandakan bahwa sektor ini masih menghadapi tantangan.
Secara keseluruhan, sektor konstruksi di Sulawesi Utara menunjukkan tren yang fluktuatif dalam dua dekade terakhir. Pertumbuhan pesat di awal tahun 2000-an diikuti oleh periode stagnasi dan penurunan. Kondisi ini mengindikasikan perlunya evaluasi mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sektor konstruksi di Sulawesi Utara, termasuk kebijakan pemerintah, investasi, dan kondisi ekonomi global.
DI Yogyakarta
Provinsi DI Yogyakarta menempati urutan ke-25 secara nasional dengan jumlah perusahaan konstruksi sebanyak 1720. Angka ini mencerminkan pertumbuhan positif sebesar 1.06% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, jika ditilik lebih jauh, terjadi penurunan yang cukup signifikan dibandingkan nilai dua tahun sebelumnya, yang mencapai 1839 perusahaan. Pertumbuhan ini menunjukkan adanya dinamika yang menarik, di mana DI Yogyakarta berhasil mencatatkan peningkatan meski menghadapi tantangan yang ada, mencerminkan ketahanan sektor konstruksi di tengah fluktuasi ekonomi.
(Baca: Rasio Penduduk yang Mengakses Internet dari Kendaraan Bergerak Periode 2015-2024)
Bali
Bali, sebagai destinasi wisata utama, menempati peringkat ke-26 secara nasional dengan 1660 perusahaan konstruksi. Meskipun mencatat pertumbuhan negatif turun 3.99% dibandingkan tahun sebelumnya, peringkatnya di antara pulau-pulau di Indonesia menunjukkan bahwa sektor konstruksi di Bali tetap signifikan. Penurunan ini bisa jadi refleksi dari berbagai faktor, termasuk regulasi pembangunan, ketersediaan lahan, dan dinamika pasar properti yang dipengaruhi oleh sektor pariwisata. Keberadaan sektor konstruksi yang solid tetap penting untuk mendukung infrastruktur dan pengembangan pariwisata berkelanjutan di Bali.
Maluku Utara
Dengan jumlah perusahaan konstruksi sebanyak 1653, Maluku Utara berada di peringkat ke-27 secara nasional. Angka ini menunjukkan penurunan tipis turun 0.18% dibandingkan tahun sebelumnya. Peringkat yang cukup tinggi ini dapat diartikan bahwa sektor konstruksi di Maluku Utara memegang peranan penting dalam pembangunan daerah, terutama dalam pengembangan infrastruktur dan fasilitas publik. Walaupun pertumbuhannya sedikit melambat, kontribusi sektor ini tetap vital bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat.
Maluku
Provinsi Maluku menempati urutan ke-29 secara nasional dengan jumlah 1559 perusahaan konstruksi. Data ini menunjukkan penurunan yang cukup signifikan turun 6.25% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, sektor konstruksi tetap memiliki peran strategis dalam mendorong pembangunan di Maluku, terutama dalam penyediaan infrastruktur dasar dan perumahan. Tantangan seperti keterbatasan aksesibilitas dan sumber daya mungkin menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sektor ini.
Bengkulu
Bengkulu berada di peringkat ke-30 secara nasional, dengan jumlah perusahaan konstruksi tercatat sebanyak 1338. Terjadi penurunan turun 2.12% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun peringkatnya tidak terlalu tinggi, keberadaan sektor konstruksi tetap krusial dalam mendukung pembangunan daerah. Penurunan ini bisa jadi disebabkan oleh faktor-faktor seperti keterbatasan anggaran, tantangan geografis, dan fluktuasi harga material konstruksi.
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat menempati posisi ke-31 secara nasional dengan 1149 perusahaan konstruksi. Terjadi pertumbuhan positif sebesar 0.35% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun posisinya berada di urutan bawah, pertumbuhan ini menunjukkan adanya potensi dalam sektor konstruksi di Sulawesi Barat. Hal ini bisa didorong oleh investasi infrastruktur, pembangunan perumahan, dan proyek-proyek konstruksi lainnya yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.