Mayoritas Pendaratan Ikan Tradisional RI Belum Ada Pengelolanya pada 2024

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, terdapat 747 pendaratan ikan tradisional (PIT) di Indonesia pada 2024, naik 2,05% dari tahun sebelumnya.

PIT adalah tempat/lokasi yang biasa digunakan masyarakat setempat untuk pendaratan ikan, tapi tidak termasuk dalam kategori pelabuhan perikanan.

Berdasarkan pengelolanya, PIT dibagi menjadi tiga, yaitu PIT yang dikelola dinas perikanan, kelompok/perorangan, dan tidak ada pengelolaan.

Pada 2024, menurut BPS, mayoritas PIT di Indonesia tidak memiliki pengelola, dengan jumlah sebanyak 460 PIT atau 61,58% dari total PIT.

Sementara, 241 PIT (32,26%) dikelola oleh kelompok atau individu secara mandiri dan 46 PIT (6,16%) dikelola dinas perikanan setempat.

BPS mengatakan, kondisi tersebut mencerminkan lemahnya tata kelola sektor perikanan tradisional Indonesia, khususnya pada titik awal rantai pasok hasil tangkap.

Pasalnya, alpanya manajemen formal bisa mengakibatkan berbagai risiko, seperti buruknya standar kebersihan, tidak adanya sistem pencatatan hasil tangkap, hingga sulitnya pelacakan sumber ikan.

BPS menilai hal tersebut dapat mempengaruhi terhadap kualitas, nilai jual, dan akses pasar hasil laut.

“Minimnya peran institusi pemerintah dalam pengelolaan PIT juga menghambat integrasi perikanan skala kecil ke dalam sistem logistik modern dan rantai nilai nasional,” tulis BPS dalam Statistik Pendaratan Ikan Tradisional 2024.

Padahal, lanjut BPS, pelabuhan tradisional berperan penting sebagai simpul utama pendaratan hasil laut yang berskala mikro dan tersebar di berbagai wilayah pesisir.

“Ke depan, dibutuhkan strategi penguatan kelembagaan PIT melalui legalisasi, pembentukan unit pengelola berbasis komunitas, serta pendampingan dari dinas perikanan,” ucap BPS.

(Baca: Indonesia Punya 524 Pelabuhan Perikanan pada 2024, Ini Sebarannya)