Banyak Nelayan RI Jual Tangkapan ke Tengkulak karena Terikat Ekonomi

Kelautan

Premium

Akbar Ridwan 12/11/2025 13:26 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, tengkulak masih menjadi saluran distribusi yang dominan bagi nelayan kecil di Indonesia.

Tujuan Utama Penjualan Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Indonesia yang Didaratkan di Pendaratan Ikan Tradisional (2024)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Langsung baca artikel “Banyak Nelayan RI Jual Tangkapan ke Tengkulak karena Terikat Ekonomi ”.

Rp10.000

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Tujuan Utama Penjualan Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Indonesia yang Didaratkan di Pendaratan Ikan Tradisional (2024)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pendaratan ikan tradisional (PIT) di Indonesia pada 2024 sebanyak 747 unit, naik 2,05% dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan tujuan utama penjualan, penjualan di PIT dibagi menjadi lima bagian, yaitu dijual ke tengkulak/pengumpul, pasar, tempat pelelangan ikan (TPI) terdekat, perusahaan, dan lainnya.

“Dari kelima saluran tersebut, mayoritas nelayan (66,67%) lebih memilih menjual hasil tangkapannya kepada tengkulak atau pengumpul,” jelas BPS dalam Statistik Pendaratan Ikan Tradisional 2024.

Tengkulak masih menjadi saluran distribusi yang dominan bagi nelayan kecil di Indonesia. Menurut BPS, ini karena adanya ketergantungan nelayan terhadap tengkulak dalam pembiayaan modal usaha.

"Yang membuat mereka terikat secara ekonomi dan memiliki posisi tawar yang lemah," ungkap BPS.

Sementara itu, persentase hasil tangkap nelayan yang dibawa ke PIT dan dijual ke pasar sebesar 20,48%. Sedangkan ke TPI dan perusahaan porsinya tidak lebih dari 2%.

BPS mengatakan, penjualan ke TPI masih kurang diminati nelayan karena ketidaksesuaian antara waktu lelang dengan waktu aktual pendaratan ikan oleh nelayan di PIT.

Hal tersebut dianggap mengakibatkan ketidakefisienan operasional dan menimbulkan potensi kerugian bagi nelayan.

Oleh sebab itu, BPS berpendapat, perlu adanya intervensi sistemik untuk membenahi tata niaga hasil tangkap nelayan.

“Seperti penguatan koperasi, harmonisasi jadwal lelang, dan integrasi logistik berbasis teknologi agar nelayan memiliki alternatif distribusi yang lebih adil dan menguntungkan,” kata BPS.

(Baca: Indonesia Punya 524 Pelabuhan Perikanan pada 2024, Ini Sebarannya)

Editor : Erlina Fury Santika