Kasus peretasan kripto terus terjadi seiring dengan tren investasinya yang kian populer. Nilai kerugian dari peretasan ini pun tidak main-main, bahkan bisa mencapai triliunan rupiah.
Menurut laporan Statista, peretasan kripto dengan kerugian terbesar adalah kasus Poly Network.
Poly Network adalah platform keuangan terdesentralisasi yang melayani transaksi Bitcoin, Ethereum, Neo, Ontology, Elrond, Zilliqa, Binance Smart Chain, Switcheo, dan Huobi ECO Chain.
Pada Agustus 2021 platform ini mengalami peretasan, hingga total kerugiannya diperkirakan mencapai US$611 juta atau sekitar Rp8,7 triliun (kurs US$1 = Rp14.355) dan menjadi yang terbesar di dunia.
Berikut lima kasus peretasan kripto dengan kerugian terbesar yang tercatat dalam 8 tahun belakangan:
- Poly Network, Agustus 2021: kerugian US$611 juta (Rp8,7 triliun)
- Ronin Bridge, Maret 2022: kerugian US$540 juta (Rp7,7 triliun)
- Coincheck, Januari 2018: kerugian US$532 juta (Rp7,6 triliun)
- Mt Gox, Februari 2014: kerugian US$470 juta (Rp6,7 triliun)
- Wormhole, Februari 2022: kerugian US$325 juta (Rp4,6 triliun)
(Baca: Trading Kripto Makin Populer, Ini Aplikasi Kripto Paling Banyak Diunduh di Dunia pada 2021)