Menurut data yang dihimpun Bank Mandiri, terdapat sejumlah barang dari 10 negara yang bakal terkena dampak tarif impor, termasuk resiprokal, dari Amerika Serikat (AS).
Melansir Tempo.co, tarif resiprokal adalah tarif tambahan yang dikenakan AS kepada negara-negara yang mengalami surplus perdagangan dengan AS. Ini karena AS mengalami defisit perdagangan dengan negara-negara tersebut.
>
Negara yang terkena dampak terbesar dari penetapan tarif AS adalah China, dengan ekspor utamanya ke AS yakni elektronik, baja, teknologi solar. Tarif yang dikenakan mencapai 54%.
Kedua ada Kamboja dengan barang ekspor utamanya garmen dan tekstil yang bakal dikenakan 49%.
Ketiga ada Vietnam, yakni barang elektronik, pakaian, dan alas kaki sebesar 46%.
Indonesia berada di posisi keenam, dengan ekspor utamanya ke AS berupa elektronik, pakaian, alas kaki. Adapun tarif yang bakal dikenakan mencapai 32%.
Selain barang tersebut, terdapat kelompok produk yang menjadi 'tulang punggung' surplus Indonesia dengan AS, yakni produk kelapa sawit, alat listrik bernilai rendah, hingga furnitur.
Penetapan tarif tersebut diputuskan Presiden AS, Donald Trump, dan akan berlaku pada 9 April 2025.
(Baca Katadata: Kebijakan Tarif Trump Ancam Ekspor RI di Sektor Sawit hingga Tekstil)
Berikut 10 negara dengan produk utama ekspor yang diprediksi terkena tarif resiprokal tertinggi dari Amerika Serikat:
- China: elektronik, baja, teknologi surya (54%)
- Kamboja: pakaian, tekstil (49%)
- Vietnam: elektronik, pakaian, alas kaki (46%)
- Thailand: elektronik, pakaian, alas kaki (36%)
- Taiwan: semikonduktor, komponen teknologi (32%)
- Indonesia: elektronik, pakaian, alas kaki (32%)
- India: layanan IT, farmasi (26%)
- Korea Selatan: elektronik, kendaraan (25%)
- Malaysia: semikonduktor, minyak & gas (24%)
- Jepang: industri otomotif, robotik (24%).
(Baca juga: Pemain Besar dalam Aktivitas Impor Amerika Serikat pada 2024)