Hasil survei TIFA Foundation dan Populix menunjukkan, sebanyak 62% responden jurnalis di Indonesia pernah terlibat dalam liputan berisiko pada 2024.
Peliputan berisiko merujuk pada kegiatan jurnalistik yang melibatkan bahaya fisik, psikologis, atau hukum bagi jurnalis.
Berdasarkan jenisnya, liputan demonstrasi menjadi liputan berisiko yang paling banyak dilakukan pada tahun lalu, ini dialami 61% responden.
Liputan berisiko lainnya yang pernah dilakukan jurnalis adalah liputan di wilayah konflik antar-masyarakat (48%), liputan di wilayah bencana alam (47%), liputan kriminal (47%), liputan di wilayah dengan risiko penularan penyakit (24%), dan lainnya seperti terlampir dalam grafik.
Survei ini juga memotret, baru 67% dari total responden jurnalis yang mendapatkan pembekalan terkait keamanan sebelum melakukan liputan berisiko.
Menurut TIFA Foundation, pembekalan terkait aspek keamanan dalam liputan berisiko harus menjadi standar bagi jurnalis sebelum terjun ke lapangan.
"Pelatihan yang sistematis, dengan dukungan dari organisasi media, serta akses terhadap keamanan, dapat membantu jurnalis bekerja dengan lebih aman dan profesional," tulis TIFA Foundation dan Populix dalam laporan Indeks Keselamatan Jurnalis 2024: Ancaman dan Risiko Keselamatan Jurnalis pada Masa Transisi.
TIFA Foundation menggelar survei ini melalui kerja sama dengan Populix, dengan melibatkan 760 responden jurnalis aktif.
Mayoritas responden merupakan jurnalis lapangan (68%), diikuti editor/redaktur (17%), pemimpin redaksi (10%), dan redaktur pelaksana (6%).
Responden tersebar di Pulau Jawa (48%), Sumatera (19%), Kalimantan (9%), Bali-Nusa Tenggara (6%), Papua (5%), dan Maluku-Maluku Utara (5%).
Pengambilan data dilakukan pada 30 Oktober-6 Desember 2024 menggunakan dua metode, yakni kuantitatif dan kualitatif.
Selain survei, mereka juga mengambil data sekunder berupa data kekerasan terhadap jurnalis yang dihimpun Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dalam lima tahun terakhir, serta wawancara mendalam dengan sejumlah stakeholder di bidang media.
(Baca: Banyak Jurnalis Khawatir Ada Pelarangan Liputan Selama Era Prabowo)