Departemen Perubahan Iklim, Energi, Lingkungan, dan Air (Department of Climate Change, Energy, the Environment, and Water/DCCEEW) Australia melaporkan, ekspor sampah logam negara tersebut ke Indonesia cukup besar sejak 2017.
Ini terlihat dari volume dan nilai yang dituai Australia dari pengiriman sampah tersebut dibanding jenis sampah lainnya.
(Baca juga: Indonesia Tampung Sampah Plastik dari Australia)
Australia mengekspor sampah logam dengan berat 394,4 ribu ton pada 2017-2018. Nilai yang diserap dari Australia mencapai AU$230,62 juta.
Setahun kemudian, bobotnya naik menjadi 502,47 ribu ton dengan nilai mencapai AU$286,53 juta. Volume 2018-2019 ini menjadi yang tertinggi selama tujuh tahun terakhir.
Pada 2019-2020, volumenya turun menjadi 303 ribu ton, kontan nilainya pun turun menjadi AU$154,06 juta.
Memasuki 2020-2021 atau awal pandemi Covid-19, bobotnya justru naik 344,08 ribu ton. Kontribusi nilainya untuk Australia mencapai AU$191,71 juta.
Lalu pada 2021-2022, volume sampah logam naik menjadi 462,09 ribu ton. Nilainya melonjak menjadi AU$362,09 juta, tertinggi selama tujuh tahun belakangan.
Kemudian pada 2022-2023 kirimannya tercatat turun menjadi 393,09 ribu. DCCEEW membukukan nilai sampahnya sebesar AU$291,74 juta.
Data terakhir 2023-2024, volumenya turun drastis menjadi 159,34 ribu ton dengan nilai AU$114,36 juta.
(Baca juga: Data Kiriman Sampah Tekstil Australia ke Indonesia mulai 2018)