Pulau Papua merupakan salah satu wilayah paling kaya hutan di Tanah Air. Hutan Tanah Papua juga menjadi jantung kehidupan bagi keanekaragaman hayati serta masyarakat adat. Namun, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengancam kelestarian hutan tersebut.
Karhutla menyebabkan penambahan emisi karbon yang berbahaya bagi lingkungan. Sementara hutan Tanah Papua menjadi harapan terakhir hutan Indonesia yang utuh. Sebab, hutan Tanah Papua berfungsi sebagai penyerap utama emisi karbon dan juga merupakan paru-paru dunia.
Data sistem pengawasan karhutla, SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat emisi karbon CO2 yang dihasilkan sepanjang 2015 hingga 2020 di Tanah Papua mencapai 78,12 juta ton CO2e. Adapun emisi tertinggi dihasilkan pada karhutla 2015 dengan besaran 38,85 juta ton CO2e di Papua dan 5,02 juta ton CO2e di Papua Barat. Angka emisi ini cenderung mengalami penurunan pasca 2015.
Pada 2020, emisi yang dihasilkan di Papua sebesar 1,8 juta ton CO2e, jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 6,65 juta ton CO2e. Sementara di Papua Barat, angkanya justru meningkat menjadi 2,7 juta ton CO2e dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 0,9 juta ton CO2e.