North Atlantic Treaty Organization (NATO) adalah organisasi aliansi militer internasional yang menentang invasi Rusia ke Ukraina.
"Sekutu NATO terus menyempurnakan sanksi untuk meningkatkan tekanan terhadap Moskow. Upaya ini akan mempersulit Rusia untuk membangun kembali tanknya, memproduksi rudal, dan membiayai perangnya," tegas NATO dalam situs resminya pada Juli 2022.
Namun, kendati organisasinya sudah menyatakan komitmen di atas, ternyata ada cukup banyak negara anggota dan mitra NATO yang membeli minyak Rusia selama perang berlangsung.
(Baca: Harga Minyak Rusia Lebih Murah dari Minyak Dunia, Ini Perbandingannya)
Menurut laporan Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), sejak awal perang sampai akhir Agustus 2022 setidaknya ada 13 negara anggota serta 3 negara mitra NATO yang mengimpor minyak dari Rusia, dengan rincian nilai transaksi seperti terlihat pada grafik.
Hal ini dikritik keras oleh CREA, lembaga riset yang berbasis di Finlandia. "Pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil menjadi pendukung utama pembiayaan militer dan agresi brutal Rusia terhadap Ukraina," tegas CREA dalam situs resminya.
CREA pun mendorong negara-negara untuk membatasi bahkan menyetop total pembelian energi fosil dari Rusia, demi membantu mengakhiri kekacauan perang di wilayah Ukraina.
"Buat rencana untuk mengganti energi fosil Rusia dengan energi bersih sesegera mungkin," pungkas CREA.
(Baca: Malaysia Sudah Beli Minyak Murah Rusia, Akankah RI Menyusul?)