Indonesia kaya akan sumber energi terbarukan. Tapi, pemanfaatannya masih sangat minim.
Hal ini terlihat dari laporan Indonesia Energy Outlook 2023 yang dirilis Dewan Energi Nasional (DEN).
(Baca: Investasi Energi Bersih Global Melampaui Energi Fosil)
Menurut laporan DEN, pada 2022 Indonesia memiliki potensi energi terbarukan dengan kapasitas total 3.687 gigawatt (GW).
Namun, yang sudah dimanfaatkan untuk pembangkitan listrik baru 12,6 GW atau 0,3% dari total potensi yang ada.
DEN juga mencatat, jenis energi terbarukan yang persentase pemanfaatannya paling rendah adalah energi surya, sedangkan paling tinggi panas bumi.
Berikut rincian potensi dan tingkat pemanfaatan energi terbarukan Indonesia pada 2022, diurutkan dari yang potensinya terbesar:
- Energi surya: potensi 3.294 GW, pemanfaatan 0,3 GW (0,01%)
- Energi angin: potensi 155 GW, pemanfaatan 0,2 GW (0,1%)
- Energi air: potensi 95 GW, pemanfaatan 6,7 GW (7%)
- Energi laut: potensi 63 GW, pemanfaatan belum ada (0%)
- Bioenergi: potensi 57 GW, pemanfaatan 3,1 GW (5,4%)
- Energi panas bumi: potensi 23 GW, pemanfaatan 2,4 GW (10,3%)
"Rendahnya pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkitan listrik disebabkan oleh biayanya yang relatif tinggi, sulit bersaing dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil, khususnya batu bara," demikian dikutip dari laporan DEN.
"Selain itu, investasi di bidang energi terbarukan membutuhkan modal yang tinggi, karena minimnya dukungan industri dalam negeri dan sulitnya memperoleh pendanaan atau pinjaman dengan bunga rendah," lanjutnya.
(Baca: Daya Tarik RI untuk Investasi Energi Terbarukan Masih Rendah di ASEAN)