PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih sebesar US$3,8 miliar atau senilai Rp56,59 triliun (asumsi kurs Rp14.868 per US$). Laba ini menjadi yang paling besar sepanjang sejarah perusahaan BUMN itu berdiri.
Bila dibandingkan 2021, laba bersih Pertamina menyentuh US$2,04 miliar atau Rp30,41 triliun. Angka itu lebih tinggi dari laba yang ditorehkan pada 2020 lalu yang sebesar US$1,05 miliar atau Rp15,62 triliun.
Laba bersih 2020 menjadi keuntungan yang paling sedikit yang diterima Pertamina selama enam tahun terakhir.
Dilansir Katadata, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memastikan kinerja kinclong perusahaan pelat merah ini bukan karena faktor kebetulan atau berkah (windfall) harga minyak maupun kurs rupiah.
Nicke menjelaskan, kinerja laba berhasil naik 86% dibandingkan 2021 karena faktor kontribusi para staf dan efektivitas biaya (cost).
“Ada yang mengatakan, 'oh ini kan karena pengikatan ICP', kalau dikatakan bahwa kurs itu tinggi, kami pernah mengalami kurs tinggi juga di beberapa tahun. Kita ICP juga pernah di atas 100, tapi pencapaian tidak demikian," ujar Nicke dalam Media Briefing Capaian Kinerja 2022 di Jakarta, Selasa (6/6).
(Baca juga: Pertamina Catat Laba Rp29,3 Triliun pada 2021)
Ia menjelaskan, kontribusi paling besar yang menopang kenaikan laba Pertamina adalah penurunan beban biaya. Menurut Nicke, beban biaya berangsur turun dari 93%-94% dari pendapatan pada 2012-2014 menjadi 89% pada 2022.
Nicke menambahkan, kontribusi pengoptimalan biaya atau cost optimization pada periode 2021-2022 telah berkontribusi pada penghematan hingga mencapai US$ 3,273 miliar.
“Tahun 2022 kami bisa tutup dengan kinerja tertinggi dalam sejarah Pertamina. Kami membukukan keuntungan US$ 3,81 miliarekuivalen Rp56,61 triliun. Revenue meningkat 48% menjadi US$85 miliar dolar AS, ini sekitar sepertiga-nya APBN," kata Nicke.
Berikut capaian laba bersih atau laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Pertamina sepanjang 2017-2022:
- 2017
US$2.540.195.000 (Rp37,76 triliun)
- 2018
US$2.526.772.000 (Rp37,56 triliun)
- 2019
US$2.529.342.000 (Rp37,60 triliun)
- 2020
US$1.051.137.000 (Rp15,62 triliun)
- 2021
US$2.045.658.000 (Rp30,41 triliun)
- 2022
US$3.806.776.000 (Rp56,59 triliun)
(Baca juga: Produksi Migas Pertamina sampai Mei 2022 Melebihi Realisasi Tahun Lalu)