World Intellectual Property Organization (WIPO) kembali menilai tingkat inovasi sejumlah negara dunia pada 2023. Dari 132 negara yang dinilai, Swiss menempati posisi pertama dengan perolehan skor 67,6 poin dari 100.
WIPO menyebut, Swiss telah bertengger di puncak selama 13 tahun berturut-turut.
"Negara ini adalah pemimpin global dalam hasil inovasi, menempati peringkat pertama untuk pengetahuan dan teknologi, serta hasil kreatif," tulis tim riset dalam laporan Global Innovation Index (GII) 2023.
Posisi kedua ditempati Swedia dengan nilai 64,2 poin. WIPO mengatakan, Swedia telah menyalip Amerika Serikat yang menempati posisi kedua pada 2022.
Swedia, kata tim riset, memimpin dalam hal kecanggihan bisnis di peringkat pertama, infrastruktur di peringkat kedua, serta sumber daya manusia dan penelitian di peringkat ketiga.
"Negara ini memegang posisi teratas untuk peneliti di posisi pertama dan pekerjaan dengan pengetahuan intensif di posisi ketiga," tulis tim riset.
Sementara Amerika Serikat mendapat nilai sebesar 63,5 poin dan menempati posisi ketiga. WIPO menyebut AS menguasai 13 dari 80 indikator inovasi GII 2023.
"Amerika Serikat menjadi nomor satu di dunia dalam indikator yang mencakup investor R&D perusahaan global, modal ventura yang diterima, kualitas universitasnya, valuasi gabungan perusahaan unicornnya, belanja perangkat lunak, dan nilai intensitas aset tak berwujud perusahaan," kata tim riset.
Urutan keempat dan kelima diisi oleh Inggris dan Singapura dengan perolehan nilai masing-masing sebesar 62,4 poin dan 61,5 poin. Singapura jadi satu-satunya negara Asia yang masuk daftar 5 besar ini.
Sayangnya, Indonesia tidak masuk daftar 10 besar ini sebab hanya mengantongi 30,3 poin dan menduduki peringkat 61 dunia.
Namun, WIPO memberi catatan bahwa Indonesia masuk dalam barisan Tiongkok, Turki, India, Republik Islam Iran, dan Vietnam sebagai "pendaki" inovasi yang paling mengesankan dalam satu dekade terakhir.
Pemeringkatan GII dinilai dari dua sub-indeks, yakni sub-indeks input inovasi dan output inovasi. Dari dua sub-indeks besar itu, diturunkan lagi menjadi 5 pilar input dan 2 pilar output hingga membentuk 80 indikator penilaian.
Adapun sejumlah kriteria yang dinilai di antaranya sumber daya manusia dan infrastruktur penelitian; kecanggihan pasar dan bisnis; hasil atau output teknologi dan pengetahuan; serta output kreatif.
(Baca juga: 10 Negara Paling Inovatif di Dunia 2022, Indonesia Peringkat Berapa?)