Laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan, terjadi perubahan volume pemakaian bahan bakar minyak (BBM) sektor transportasi di Indonesia pada akhir 2024.
Databoks menghimpun tiga kelas oktan atau research octane number (RON) yang masih digunakan sebagai bahan bakar transportasi masyarakat Indonesia, di antaranya RON 90, RON 92, dan RON 95+98+100.
RON 90—merek dagang Pertalite dari PT Pertamina—menjadi jenis yang paling jamak digunakan dengan volume 29,85 juta kiloliter (kl) pada 2024. Meski jadi yang tertinggi, pemakaian pada tahun tersebut telah turun dari 2023 yang sebesar 30,22 juta kl, angka yang tertinggi selama sedekade.
(Baca: Stok BBM di SPBU Shell RI Menipis per September 2025, Ini Sebarannya)
Selanjutnya, RON 92—biasa disebut Pertamax dari Pertamina—mencapai 6,39 juta kl pada 2024. Berbeda dengan RON 90, tahun 2024 justru menjadi puncak penggunaan RON 92 selama sedekade. Konsumsi 2024 melampaui 2023 yang sebesar 5,44 juta kl.
Terakhir, RON 92+98+100 yang sebesar 397,06 ribu kl pada 2024. Volume konsumsi ini juga meningkat dari 2023 yang sebesar 361,33 ribu kl.
Informasi terbaru, Kementerian ESDM memastikan tidak akan menambah kuota impor BBM baru untuk badan usaha swasta pemilik stasiun bahan bakar umum (SPBU) pada 2025. Hal ini menyangkut langkanya pasokan atau stok BBM di beberapa SPBU swasta milik Shell Indonesia dan BP-AKR.
“Tidak ada [impor lagi], [akan dilakukan] sinkronisasi dengan Pertamina,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Laode Sulaeman saat ditemui di kantornya, Selasa (9/9/2025).
Kementerian ESDM telah menggelar rapat bersama Pertamina dan Badan Usaha SPBU swasta terkait kelangkaan BBM. Tindak lanjut rapat akan dilakukan dengan pemberian surat untuk setiap badan usaha melakukan sinkronisasi dengan Pertamina, baik sinkronisasi volume maupun spesifikasi BBM.
Baca Katadata: ESDM Pastikan Tidak Ada Tambahan Impor BBM Lagi untuk SPBU Swasta Tahun Ini