Data yang diolah Asian Bonds Online (ABO) menunjukkan, mayoritas mata uang negara kawasan Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau melemah sejak awal 2024.
Yen Jepang terperosok paling dalam di antara mata uang lainnya, yakni minus 12,29% sejak awal 2024 (year-to-date/ytd).
Kini nilai tukar yen mencapai 160,39 per dolar AS—menjadi level terendah sejak 1986. Melansir Investing.com, para pejabat Jepang akan mengintervensi jika ada volatilitas yang berlebihan terhadap yen. Upaya itu untuk menyetop nilai tukar tembus 160 per dolar AS.
Pelemahan yen yang terakhir terjadi setelah sinyal dovish dari bank sentralnya, Bank of Japan, mengenai pengetatan kebijakan pada pertemuan bulan Juni.
"Kekhawatiran akan suku bunga AS yang tinggi juga membuat para trader melakukan aksi jual yen dan melakukan aksi beli dolar," tulis Investing.com pada Rabu (26/6/2024).
Mata uang terlemah kedua dialami baht Thailand dengan perubahan hingga minus 7,31% (ytd). Ketiga, won Korea Selatan yang ambruk 7,03% (ytd).
Kip Laos menempati urutan berikutnya dengan minus 6,55% (ytd). Rupiah Indonesia menyusul setelahnya dengan pelemahan hingga minus 6,18% (ytd).
Sementara, Riel Kamboja menjadi mata uang dalam daftar ini dengan pelemahan terendah, yakni minus 0,53% (ytd). Disusul yuan China sebesar minus 2,29% (ytd), dan ringgit Malaysia minus 2,59% (ytd).
Sebagai catatan, ABO belum menyertakan persentase perubahan nilai tukar mata uang dolar Hong Kong dan kyat Myanmar.
(Baca juga: Defisit APBN 2024 Bisa Meningkat Bila Rupiah Terus Melemah)