Pendapatan Turun, APBN Cetak Defisit Rp104,2 Triliun per Maret 2025

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, anggaran belanja dan pendapatan negara (APBN) pada Maret 2025 mengalami defisit Rp104,2 triliun, setara 0,43% terhadap produk domestik bruto (PDB). 

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, defisit ini masih terkontrol karena setara 16,9% dari target APBN 2025 yang sebesar Rp616,2 triliun, atau 2,53% terhadap PDN. 

"[APBN] dirancang untuk melakukan counter cyclical, mendukung pemulihan ekonomi dan akselerasi program-program pembangunan nasional di bawah Presiden Prabowo, tetapi tetap terukur," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Rabu (30/4/2025). 

Defisit APBN pada tiga bulan pertama tahun ini berbanding terbalik dengan Maret 2024 (year-on-year/yoy) yang mencetak surplus Rp8,07 triliun atau 0,04% terhadap PDB. 

Melebarnya defisit APBN pada Maret 2025 ini dipengaruhi oleh belanja negara yang lebih besar dari pendapatan negara.

Sampai akhir Maret 2025, realisasi pendapatan negara tercatat sebesar Rp516,1 triliun, atau 17,2% dari target APBN tahun ini. 

Secara rinci, pendapatan negara dari penerimaan perpajakan sebesar Rp400,1 triliun atau 16,1% dari target. Lalu penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp115,9 triliun, setara 22,6% dari APBN. 

Sementara realisasi belanja negara lebih besar, mencapai Rp620,3 triliun atau 17,1% terhadap APBN. 

Belanja ini terdiri atas belanja pemerintah pusat, yakni belanja K/L dan non-K/L sebesar Rp413,2 triliun atau 16,3% dari target, serta transfer ke daerah Rp207,1 triliun atau 22,5% dari target APBN.  

(Baca: Penerimaan Bea Keluar Meroket 92,9% pada Februari 2025)