Sebagai industri global, olahraga berpotensi memberikan kontribusi signifikan terhadap perubahan iklim melalui emisi karbon. Menurut The New York Academy of Sciences, olahraga selam menghasilkan emisi karbon terbesar mencapai 2.840,7 kg CO2e.
Sepak bola hanya satu dari banyaknya jenis olahraga yang menghasilkan banyak karbon dalam penyelenggaraannya. Sejumlah aktivitas olahraga tercatat menghasilkan emisi karbon yang terbilang tinggi untuk level individu, seperti panjat tebing, renang, voli, hingga basket.
Meskipun ada perdebatan cara yang tepat dalam mengukur emisi karbon dari olahraga, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meyakini ada hubungan erat antara penyelenggaraan olahraga dan karbon, terutama jika acara tersebut dilakukan secara akbar dan memobilisasi massa dalam jumlah banyak.
The New York Academy of Sciences memperkirakan pasar olahraga global bernilai lebih dari US$500 miliar pada tahun 2020 dan diperkirakan akan melebihi US$700 miliar pada tahun 2026. Pendapatan dihasilkan dari berbagai aktivitas yang mencakup ritel olahraga (36%), infrastruktur, barang habis pakai, dan perjudian (26%), tiket olahraga, sponsor, hak TV, dan transfer pemain (26%), biaya keanggotaan klub dan gym (15%).
Selain itu, penyelenggara turnamen olahraga juga dapat menghasilkan biaya dan hasil yang sangat besar untuk tuan rumah. Misalnya, Olimpiade Tokyo 2020 menelan biaya US$35 miliar dan menghasilkan pendapatan sekitar US$5 miliar, sedangkan Piala Dunia FIFA Qatar 2022 menelan biaya $220 miliar dan diharapkan mengembalikan US$17 miliar ke ekonomi tuan rumah.
(baca: Piala Dunia Qatar 2022: Ini Daftar Pemain dengan Usia Tertua)