Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 surplus sebesar US$5,75 miliar.
Surplus ini diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas yang sebesar US$7,74 miliar, namun tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas US$1,98 miliar.
Selama Januari–Agustus 2022, meskipun sektor migas mengalami defisit US$16,75 miliar, namun masih terjadi surplus pada sektor nonmigas US$51,67 miliar, sehingga secara total mengalami surplus US$34,92 miliar.
Deputi Bidang Statsitik Distribusi Barang dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, Indonesia sudah mencatatkan surplus neraca perdagangan secara bulanan selama 28 bulan berturut-turut. Ia menjelaskan, Indonesia mengalami surplus perdagangan terbesar pada bulan lalu dengan India mencapai US$ 1,8 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,6 muliar, dan Filipina US$ 1,09 miliar.
Komoditas yan menyumbang surplus perdagangan dengan ketiga negara tersebut, terutama mesin dan perlengkapan elektrik, bahan bakar mineral kimia, lemak dan minyak hewan nabati, pakaian dan aksesoris, hingga kendaraan beserta bagiannya.
Di sisi lain, perdagangan dengan sejumlah negara juga mengalami defisit. Defisit perdagangan terbesar masih dialami Indonesia dengan Austalia sebesar US$ 678 juta, disusul Cina US$ 411 juta, dan Thailand US$ 289 juta. Defisit perdagangan dengan ketiga negara tersebut terutama terjadi akibat komoditas sereleia, bahan bakar mineral, mesin dan peralatan mekanis, serta komoditas plastik dan barang dari plastik.
BPS mencatat, ekspor pada Agustus mencapai US$ 27,91 miliar. Kinerja ekspor naik 9,17% dibandingkan bulan sebelumnya atau 30,15% dibanding periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, impor pada Agustus 2022 juga tercatat naik 3,77% dibandingkan bulan sebelumnya atau 32,81% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
(baca: Surplus Perdagangan RI Menyusut pada Juli 2022)