Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia terjadi setiap tahun, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Tidak hanya berdampak terhadap masyarakat sekitar tetapi juga gangguan asap yang ditimbulkan dirasakan hingga ke negeri jiran.
Periode Juli-Oktober merupakan bulan yang rawan terjadi karhutla. Seperti terlihat pada grafik, dari data pencitraan satelit Terra/Aqua jumlah hotspot/titik panas (dengan tingkat kepercayaan >=80%) selalu menunjukkan peningkatan pada Juli dan mencapai puncaknya pada Agustus-September. Jumlah titik panas menurun pada November seiring mulai turunnya hujan di wilayah Indonesia.
Titik panas karhutla sepanjang 1-18 September 2019 telah terdeteksi sebanyak 10.574 titik, terbanyak dibanding bulan-bulan sebelumnya. Sepanjang 2019, hotspot yang telah terdeteksi mencapai 17.774 titik, melonjak lebih dari 86% dari total tahun sebelumnya. Jumlah hotspot tahun ini juga merupakan yang tertinggi sejak 2016.
(Baca Databoks: Hutan dan Lahan Seluas 2,6 Juta Ha Terbakar pada 2015)