Semester I 2018, Indeks Saham dan Obligasi Indonesia Turun

Pasar
03/07/2018 13:47 WIB
Penurunan Indeks Saham dan Obligasi serta Nilai Tukar Rupiah (Semester I 2018)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Terdepresiasinya nilai tukar rupiah hingga di atas level Rp 14.000/dolar Amerika Serikat (AS) memicu turunnya harga saham di bursa dan membuat imbal hasil obligasi bergerak naik yang mendorong turunnya harga. Masih adanya ketidakpastian di pasar finansial terkait rencana kenaikan suku bunga The Fed membuat dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang utama dunia dan mata uang Asia, termasuk rupiah.

Sepanjang semester pertama 2018 nilai tukar rupiah terdepresiasi 5,72% ke level Rp 14.330/dolar AS dari posisi akhir tahun lalu di Rp 3.555/dolar AS. Hal ini memicu turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia sebesar 8,75% ke posisi 5.799,24 dari posisi 29 Desember 2017 di level 6.355,65. Demikian pula indeks komposit obligasi Indonesia (ICBI) Indonesia Bond Pricing Agency telah menyusut sebesar 4,1% ke posisi 233,02 dari akhir tahun lalu 242,98. Seperti diketahui, imbal hasil (Yield) obligasi pemerintah untuk tenor 10 tahun dalam enam bulan pertama tahun ini telah naik sebesar 157 bps ke 7,9%.

Kapitalisasi pasar BEI sepanjang paruh pertama tahun ini telah tergerus Rp 540 triliun menjadi Rp 6.512 triliun. Di bursa saham, investor asing sepanjang semester pertama tahun ini mencatat net sell (jual bersih) Rp 49,43 triliun sementara di pasar obligasi Rp 595 miliar.

 

Data Populer
Lihat Semua